Put Your Backlink Here

LightBlog
LightBlog

Kamis, 17 Maret 2016

Berantem Sama Teman Waktu SD

Berantem Sama Teman Waktu SD
Berantem Sama Teman Waktu SD


Di sebuah sekolah dasar di kota kecil, ada dua sahabat yang tak terpisahkan, Rina dan Sinta. Mereka duduk di bangku kelas empat dan selalu bersama, baik saat belajar, bermain, bahkan pulang sekolah. Mereka sering disebut "Duo Kembar" oleh teman-teman sekelas karena kedekatan mereka.

Suatu hari, di waktu istirahat, terjadi hal yang tak terduga. Rina dan Sinta sedang bermain lompat tali bersama teman-teman mereka. Saat giliran Sinta untuk melompat, Rina yang bertugas memutar tali tidak sengaja menarik tali terlalu cepat, sehingga Sinta tersandung dan jatuh. Sinta merasa malu dan marah karena teman-teman mereka tertawa.

“Kenapa kamu begitu, Rina?!” seru Sinta dengan nada kesal.

“Aku tidak sengaja, Sinta!” jawab Rina, merasa bersalah.

Namun, Sinta yang sedang marah tidak mau mendengarkan penjelasan Rina. “Kamu sengaja melakukannya! Kamu tahu aku tidak suka kalau ditertawakan,” kata Sinta, air mata mulai menggenang di matanya.

Rina yang juga merasa terluka dengan tuduhan itu, balas membentak, “Aku sudah bilang tidak sengaja! Kamu tidak perlu marah seperti itu!”

Pertengkaran mereka pun semakin memanas, dan akhirnya Sinta meninggalkan Rina dengan wajah kesal. Sepanjang hari itu, mereka tidak saling bicara. Ketika pulang sekolah, Sinta memilih pulang sendiri tanpa menunggu Rina, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Malamnya, di rumah masing-masing, baik Rina maupun Sinta merasa tidak enak hati. Rina tidak bisa tidur memikirkan bagaimana ia telah membuat Sinta marah, sementara Sinta mulai merasa bersalah telah membentak Rina. Namun, keduanya terlalu gengsi untuk meminta maaf lebih dulu.

Keesokan harinya di sekolah, suasana masih canggung. Rina dan Sinta duduk berjauhan, dan meski teman-teman mereka berusaha menyatukan mereka, keduanya tetap diam. Selama pelajaran, Rina terus mencuri pandang ke arah Sinta, berharap ada kesempatan untuk berbicara. Sementara itu, Sinta juga menunggu Rina untuk memulai pembicaraan.

Saat istirahat, mereka kebetulan bertemu di depan kantin. Ada keheningan yang aneh di antara mereka. Akhirnya, Rina memutuskan untuk mengambil inisiatif. Dengan hati-hati, dia mendekati Sinta dan berkata dengan suara pelan, “Sinta, maaf ya soal kemarin. Aku benar-benar tidak sengaja.”

Sinta yang sudah merasa bersalah sejak semalam, akhirnya meleleh. “Aku juga minta maaf, Rina. Aku tidak seharusnya marah-marah begitu. Aku tahu kamu tidak sengaja.”

Mereka saling menatap, dan tanpa kata-kata lebih lanjut, mereka berpelukan. Pertengkaran kecil itu akhirnya berakhir, dan mereka kembali seperti semula—bahkan mungkin lebih dekat daripada sebelumnya.

Dari kejadian itu, Rina dan Sinta belajar bahwa persahabatan tidak selalu mulus. Ada saat-saat ketika mereka bisa salah paham atau bertengkar. Namun, yang terpenting adalah kesediaan untuk saling memaafkan dan memahami satu sama lain. Mereka menyadari bahwa persahabatan sejati adalah tentang bagaimana mereka bisa mengatasi masalah bersama, dan bukan membiarkan masalah itu memisahkan mereka.

Hari itu, mereka bermain bersama lagi seperti biasa, dengan tawa dan keceriaan yang khas. Kini mereka tahu, tidak ada yang lebih berharga daripada persahabatan mereka yang penuh warna dan penuh makna.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jasa Live Streaming

LightBlog